Kamis, 29 November 2012

Representasi : Causal Relation Theories

Bismillah...

Pada postingan sebelumnya kita telah membahas apa itu representasi dan apa saja teori representasi visual yang ada, berikutnya kita akan membahas secara rinci teori-teori tersebut, teori pertama adalah Causal Relation Theories, atau teori-teori hubungan kausal.

Causal Relation Theories terbagi atas 2 teori, yaitu Transparency Theory dan Recognition Theory.

Transparency Theory


Pada postingan sebelumnya terdapat pertanyaan "Apakah kita melihat penari yang melakukan pemanasan secara nyata?", apakah kita bisa melihat sebuah objek atau peristiwa yang terekam didalam sebuah foto atau gambar secara nyata, seolah-olah kita berada didalam satu ruangan atau lokasi yang sama dengan objek atau peristiwa didalam foto? 

Seorang Filsafat Amerika bernama Kendall Walton, mengatakan bahwa foto atau gambar adalah transparan, ketika melihat foto tersebut, kita seolah melihat "menembus" foto sehingga kita melihat secara langsung objek atau peristiwa meskipun dalam tempat dan waktu yang berbeda.

Pada saat kita kelihat foto penari yang sedang melakukan pemanasan, sebenarnya kita melihat langsung pada saat dia melakukan pemanasan, meski antara kita dan dia terpisah tempat dan waktu.

Walton mengklaim, sebuah foto membuat kita dapat melihat kemasa lalu, pada saat kita melihat foto dari  keluarga yang meninggal, sebenarnya secara harfiah kita melihatnya secara langsung. Inilah yang mendasari Teori Transparansi.

Teori Transparansi menyatakan bahwa, sebuah foto atau gambar merepresentasikan atau menyerupai sebuah fenomena, dikarenakan keberadaan dan kenyataan dari fenomena, dan karena foto tersebut persis menyerupai fenomena tersebut.

Teori Transparansi mengabaikan viewer (orang yang melihat foto), menganggap viewer sebagai "naif" atau polos, dan juga mengabaikan bahwa dia dapat menerjemahkan/mengartikan foto tersebut.

Teori Transparansi juga menganggap, bahwa objek dalam foto adalah individual, meskipun mungkin dalam kenyataannya, objek berada didalam sebuah kelompok, misalnya foto dari salah satu personil band yang sedang manggung, maka teori transparansi menganggap bahwa sang personil sendiri dalam foto tersebut, meskipun sebenarnya dia bersama dengan personil lainya.

Karena konsep "melihat secara langsung", secara otomatis Teori Transparansi juga mengabaikan sang pembuat foto atau gambar, ataupun sudut pandangnya, objek sebenarnya yang didalam foto memang dilihat melalui mata sang pembuat, namun tidak berarti kita tidak bisa melihat secara langsung atau mengontrol sudut pandang kita dalam melihat. sebaliknya dalam teori ini menganggap kitalah pemegang kontrol terhadap sudut pandang penglihatan.

Sehingga, ketika melihat pada sebuah foto "penari yang melakukan pemanasan" kita melihat secara transparan terhadap foto seolah kita benar-benar melihat sang penari melakukan pemanasan, kita melakukan "pengabaian" terhadap maksud dari sang pembuat foto karena kita mengambil sudut pandang sendiri, bahwa sipenari benar-benar melakukan pemanasan, meskipun mungkin pada kenyataannya bisa saja sang penari hanya merenggangkan badannya karena lelah.

Teori Transparansi penting karena sebagian besar viewers dan picture makers secara implisit, namun tidak ekspisit menganggap foto atau gambar sebagai "bantuan" visual untuk melihat "kenyataan" secara langsung. Sebagian besar orang senang untuk melihat foto orang yang dicintainya, Polisi menggunakan screenshot pada kamera CCTV sebagai bukti dipengadilan karena dengan gambar tersebut hakim bisa melihat secara "langsung" pada saat dimana kriminalitas berlangsung, dan membuat keputusan.

Recognition Theory


Pernahkah pada saat kita melihat sebuah foto yang dipajang dimading sekolah, semisal foto dokumentasi kejuaraan futsal, kemudian kita mengenali seseorang yang berada didalam foto tersebut, yang merupakan teman kita? "wah itu kan si Yuda!", begitulah kira-kira penggambaran Teori Rekognisi.
Kita bisa mengetahui bahwa orang didalam foto itu adalah Yuda karena kita pernah bertemu Yuda secara langsung, dengan kata lain kemampuan untuk mengenali foto tersebut tergantung dari kemampuan kita mengenali didunia nyata.

Teori ini menyatakan bahwa, sebuah foto dapat merepresentasikan sebuah fenomena karena foto tersebut benar-benar persis seperti fenomena didunia nyata, teori ini menekankan pada iconic relationship dibandingkan symbolic relationship antara foto dan objek nyata, karena foto tersebut benar-benar menyerupai, dan jarang terjadi perubahan karakter.

Teori Rekognisi tidak menekankan kepada symbolic relationship antara foto dan objek nyata karena teori ini menyatakan bahwa penggambaran sebuah gambar itu adalah generatif, yang berarti kita tidak perlu mempelajari arti dari foto yang tidak kita kenali sebagaimana kita mempelajari sebuah kalimat yang belum pernah kita temui.

Kita dapat memahami sebuah gambar objek yang kita kenali secara sekilas, sekaligus mengerti sistem penggambarannya. Pada saat kita melihat sistem penggambaran baru, contohnya sebuah sistem penggambaran kubus, pertama kita mempelajari sistemnya, kemudian kita dapat mengenali objek yang "sama" seperti kubus.

Pada teori Rekognisi, kita dianggap bisa mengidentifikasi objek yang ada didalam gambar. 

Teori ini berbeda dengan pemahaman sederhana iconic relationshipumumnya dianggap sebagai kemiripan antara foto dan objek nyata, karena kedinamisannya. Jika kemampuan pengenalan secara sederhana memerlukan kemiripan yang sama persis antara informasi yang diterima dengan informasi yang telah lalu, maka kemampuan pengenalan secara dinamis dapat menghubungkan objek sekarang dengan objek yang sama namun berasal dari masa lalu, tanpa melihat perubahan-perubahan yang telah terjadi.

Jadi Teori Rekognisi mempunyai keterkaitan dengan Teori Transparansi, antara foto atau gambar mempunyai sifat yang sama.

Teori ini juga memberikan kebebasan dalam berimajinasi tanpa batas, sehingga tidak ada cara bagaimana membatasi imajinasi dari viewers dan bagaimana sebuah foto atau gambar dapat salah pengartian atau representasi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar